Pelajaran dari Mahameru
“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hiprokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Petumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
Memang benar perkataan Soe Hok Gie diatas, seorang aktivis pemuda yang menghembuskan nafas terakhirnya di puncak tertinggi Jawa. Kami sebagai salah seorang pendaki amatir, mengiyakan, dengan mendaki gunung kami menjadi tau bahwa negeri ini sungguh indah. Bukan karena perkataan orang lain atau slogan dan sebagainya, tapi karena kami pernah melihatnya secara langsung, kami pernah merasakan keindahan tersebut dan yang jelas kami pernah melihat samudra diatas awan. Keindahan yang benar-benar alami. Ya benar, banyak pelajaran yang kami dapat dari mahameru. Pelajaran langsung dari alam, pelajaran yang langka didapati, pelajaran tentang indahnya kehidupan bersama.
Kejadian ini berawal dari sebuah guyonanku dengan salah satu teman kuliah, Mohammad Dersyadi Ilyas yang berasal dari Makassar. “Dede” panggilan akrabnya. Suatu ketika kami duduk bersama di kampus dan tidak tahu kenapa harus memulai perbincangan tentang ini. “Kapan far, naik gunung lagi?” tanyanya kepadaku. “lihat sikon dulu, kalau bagus InsyaAllah Januari de” jawabku dengan penuh ketidakpastian. “Gunung mana far?” tanyanya lagi dengan penuh keingintahuan. “Mahameru, de” jawabku dengan tersenyum. Beberapa hari selanjutnya jadwal UTS telah keluar dan ternyata terdapat jeda libur 4 hari yaitu hari sabtu sampai selasa. UTS dilaksanakan pada akhir September sampai awal Nopember. Terbesit dipikiranku kenapa tidak kita gunakan waktu 4 hari itu saja. Langsung kutemui Dede. “De, kita kan ada waktu jeda libur UTS 4 hari, gimana kalau kita gunakan buat Mahameru?” tanyaku sambil tergesa-gesa. “Haah, ya gapapa far, SIAP!!!” jawabnya dengan terkaget-kaget.
Selanjutnya kucari satu temanku lagi, Aldi Tri Yatno namanya. Aldi inilah teman seperjuangan yang sebelumnya selalu menemaniku naik gunung. ”Di, libur UTS ke Mahameru gimana?” tanyaku dengan serius. “Ya gapapa, Ok” jawabnya dengan dingin. Masih ada waktu satu minggu untuk mempersiapkan semuanya mulai dari perbekalan sampai fisik. Sebenarnya kami masih butuh satu orang lagi untuk diajak agar ideal, berangkat 4 orang. Namun, sejauh kami meminta ke teman-teman yang lain, semuanya menolak. Apa daya kami harus tetap mempersiapkan semuanya meskipun cuman bertiga. Namun keajaiban datang, Achmad Zulfikar datang di detik-detik terakhir bak seorang arjuna yang sedang mencari cinta. Mungkin dia sudah penat dengan perkuliahan ini sehingga ingin mencari sedikit udara segar.
Jumat malam semua bermalam di kos ku kecuali Dede yang sedang melihat konsernya Abdul & The Coffe Theory. Kos berukuran (3 x 2) m harus dihuni oleh 3 orang. Kami bertiga menyatukan frekuensi dan terpaksa harus merubah plan berangkat yang sebelumnya menggunakan bus harus kami ganti dengan touring menggunakan motor karena masalah teknis dan finansial. Setelah di rasa cukup kami rebahkan tubuh menyiapkan mimpi buat 4 hari kedepan. Sesuatu yang indah pikirku.
Perjalanan mimpi ini kami mulai :
Sabtu, 2 Nopember 2013
04.00 : Terbangun dari tidur, langsung menunaikan kebutuhan rohani kami, Shalat Subuh berjamaah. Berdoa memohon diberi kelancaran dan kekuatan. Kami persiapkan semua perbekalan dan perlengkapan.
05.00 : Berangkat dari kosku menggunkan dua motor sport. Aku berboncengan dengan Dede menggunakan motor Vixion buatan tahun 2011 sedangkan Fikar berboncengan dengan Aldi menggunakan motor tuanya Scorpio buatan tahun 2005. Kami geber motor membelah jalanan Surabaya-Malang yang sungguh eksotis dengan kecepatan 70-90 km/jam.
09.00 : Setelah menempuh perjalanan hampir 4 jam kami sampai di Tumpang, gerbang masuk menuju Mahameru. Kami putuskan istirahat sejenak sembari membeli sarapan. Aku membeli nasi bali sedangkan Aldi, Fikar dan Dede membeli rawon. Kami makan dengan lahap pertanda memang perut ini sudah kelaparan. Setelah dirasa sudah kenyang kami lanjutkan perjalanan. Namun kami isi full tangki bensin terlebih dahulu karena di atas tidak terdapat SPBU.
11.45 : Sampai di Ranupane, Pos pendakian pertama. Kami lakukan registrasi dan mengisi beberapa administrasi yang harus dilengkapi.
12.15 : Kami bersihkan diri dan tunaikan kebutuhan rohani, Shalat Dhuhur berjamaah di musholla terdekat. Istirahat sejenak sambil melahap bekal yang kami bawa.
13.00 : Berdoa dengan khusuk dan kami mulai langkah kaki ikhlas menuju puncak tertinggi Jawa. Sebelumnya kami berempat berfoto terlebih dahulu, bukti semangat kami kepada teman-teman yang lain. Bismillah kami mulai perjalanan yang sesungguhnya. Puncak Mahameru, kami datang.
Memang benar perkataan Soe Hok Gie diatas, seorang aktivis pemuda yang menghembuskan nafas terakhirnya di puncak tertinggi Jawa. Kami sebagai salah seorang pendaki amatir, mengiyakan, dengan mendaki gunung kami menjadi tau bahwa negeri ini sungguh indah. Bukan karena perkataan orang lain atau slogan dan sebagainya, tapi karena kami pernah melihatnya secara langsung, kami pernah merasakan keindahan tersebut dan yang jelas kami pernah melihat samudra diatas awan. Keindahan yang benar-benar alami. Ya benar, banyak pelajaran yang kami dapat dari mahameru. Pelajaran langsung dari alam, pelajaran yang langka didapati, pelajaran tentang indahnya kehidupan bersama.
Kejadian ini berawal dari sebuah guyonanku dengan salah satu teman kuliah, Mohammad Dersyadi Ilyas yang berasal dari Makassar. “Dede” panggilan akrabnya. Suatu ketika kami duduk bersama di kampus dan tidak tahu kenapa harus memulai perbincangan tentang ini. “Kapan far, naik gunung lagi?” tanyanya kepadaku. “lihat sikon dulu, kalau bagus InsyaAllah Januari de” jawabku dengan penuh ketidakpastian. “Gunung mana far?” tanyanya lagi dengan penuh keingintahuan. “Mahameru, de” jawabku dengan tersenyum. Beberapa hari selanjutnya jadwal UTS telah keluar dan ternyata terdapat jeda libur 4 hari yaitu hari sabtu sampai selasa. UTS dilaksanakan pada akhir September sampai awal Nopember. Terbesit dipikiranku kenapa tidak kita gunakan waktu 4 hari itu saja. Langsung kutemui Dede. “De, kita kan ada waktu jeda libur UTS 4 hari, gimana kalau kita gunakan buat Mahameru?” tanyaku sambil tergesa-gesa. “Haah, ya gapapa far, SIAP!!!” jawabnya dengan terkaget-kaget.
Selanjutnya kucari satu temanku lagi, Aldi Tri Yatno namanya. Aldi inilah teman seperjuangan yang sebelumnya selalu menemaniku naik gunung. ”Di, libur UTS ke Mahameru gimana?” tanyaku dengan serius. “Ya gapapa, Ok” jawabnya dengan dingin. Masih ada waktu satu minggu untuk mempersiapkan semuanya mulai dari perbekalan sampai fisik. Sebenarnya kami masih butuh satu orang lagi untuk diajak agar ideal, berangkat 4 orang. Namun, sejauh kami meminta ke teman-teman yang lain, semuanya menolak. Apa daya kami harus tetap mempersiapkan semuanya meskipun cuman bertiga. Namun keajaiban datang, Achmad Zulfikar datang di detik-detik terakhir bak seorang arjuna yang sedang mencari cinta. Mungkin dia sudah penat dengan perkuliahan ini sehingga ingin mencari sedikit udara segar.
Jumat malam semua bermalam di kos ku kecuali Dede yang sedang melihat konsernya Abdul & The Coffe Theory. Kos berukuran (3 x 2) m harus dihuni oleh 3 orang. Kami bertiga menyatukan frekuensi dan terpaksa harus merubah plan berangkat yang sebelumnya menggunakan bus harus kami ganti dengan touring menggunakan motor karena masalah teknis dan finansial. Setelah di rasa cukup kami rebahkan tubuh menyiapkan mimpi buat 4 hari kedepan. Sesuatu yang indah pikirku.
Perjalanan mimpi ini kami mulai :
Sabtu, 2 Nopember 2013
04.00 : Terbangun dari tidur, langsung menunaikan kebutuhan rohani kami, Shalat Subuh berjamaah. Berdoa memohon diberi kelancaran dan kekuatan. Kami persiapkan semua perbekalan dan perlengkapan.
05.00 : Berangkat dari kosku menggunkan dua motor sport. Aku berboncengan dengan Dede menggunakan motor Vixion buatan tahun 2011 sedangkan Fikar berboncengan dengan Aldi menggunakan motor tuanya Scorpio buatan tahun 2005. Kami geber motor membelah jalanan Surabaya-Malang yang sungguh eksotis dengan kecepatan 70-90 km/jam.
09.00 : Setelah menempuh perjalanan hampir 4 jam kami sampai di Tumpang, gerbang masuk menuju Mahameru. Kami putuskan istirahat sejenak sembari membeli sarapan. Aku membeli nasi bali sedangkan Aldi, Fikar dan Dede membeli rawon. Kami makan dengan lahap pertanda memang perut ini sudah kelaparan. Setelah dirasa sudah kenyang kami lanjutkan perjalanan. Namun kami isi full tangki bensin terlebih dahulu karena di atas tidak terdapat SPBU.
11.45 : Sampai di Ranupane, Pos pendakian pertama. Kami lakukan registrasi dan mengisi beberapa administrasi yang harus dilengkapi.
12.15 : Kami bersihkan diri dan tunaikan kebutuhan rohani, Shalat Dhuhur berjamaah di musholla terdekat. Istirahat sejenak sambil melahap bekal yang kami bawa.
13.00 : Berdoa dengan khusuk dan kami mulai langkah kaki ikhlas menuju puncak tertinggi Jawa. Sebelumnya kami berempat berfoto terlebih dahulu, bukti semangat kami kepada teman-teman yang lain. Bismillah kami mulai perjalanan yang sesungguhnya. Puncak Mahameru, kami datang.
14.45 : Kami putuskan istirahat sekitar 10 menit. Melahap roti dan menenggak air yang kami bawa dari bawah. Gelak tawa teman-teman menjadi penyemangat kami masing-masing. Selama mata memandang, terhampar pemandangan yang luar biasa. Hijaunya bumi negeri ini, birunya langit negeri ini.
17.00 : Hati ini terenyuh, melihat ciptaan-Nya yang sungguh menakjubkan. Selamat datang Ranu Kumbolo, surganya Mahameru. Danau diatas pegunungan. Keindahannya tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Kami tidak henti-hentinya tekagum melihatnya. Riak-riak air bagaikan deburan ombak, burung-burung belalu lalang menyanyikan lagunya, dan birunya air menambah ke eksotisan danau ini. Bantu kami menjaganya Ya Allah. Kami dirikan tenda tepat disamping Danau Ranukumbolo. Tidak hanya kami, disana juga telah banyak berdiri tenda pendaki lain. Kami bermalam sehari disini. Malam minggu di Ranukumbolo, waktu yang tepat untuk berkencan dengan keindahannya.
17.00 : Hati ini terenyuh, melihat ciptaan-Nya yang sungguh menakjubkan. Selamat datang Ranu Kumbolo, surganya Mahameru. Danau diatas pegunungan. Keindahannya tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Kami tidak henti-hentinya tekagum melihatnya. Riak-riak air bagaikan deburan ombak, burung-burung belalu lalang menyanyikan lagunya, dan birunya air menambah ke eksotisan danau ini. Bantu kami menjaganya Ya Allah. Kami dirikan tenda tepat disamping Danau Ranukumbolo. Tidak hanya kami, disana juga telah banyak berdiri tenda pendaki lain. Kami bermalam sehari disini. Malam minggu di Ranukumbolo, waktu yang tepat untuk berkencan dengan keindahannya.
Disini kami bersih-bersih diri dan mulai mengepulkan dapur tenda kami. Kami masak nasi, mie dan kopi untuk memenuhi hak dari badan ini. Meskipun nasi yang kami makan rasanya seperti kerikil namun paling tidak bisa mengobati tubuh kami yang membutuhkan asupan karbohidrat. Udara malam pun sudah semakin dingin, kami keluarkan sleeping bag sebagai penghangat. Masalah datang ketika ternyata beras yang kami bawa jumlahnya kurang. Dede pun menyatakan ketidaksanggupannya untuk melanjutkan perjalanan apabila tidak makan nasi. Disini kami mulai belajar, belajar untuk menyingkirkan ego masing-masing. Kami datang berempat, mencapai puncak harus berempat dan kembali dalam keadaan berempat juga. Itulah kebersamaan. Satu nilai berjuta hikmah. Satu nilai yang kami dapat dari Mahameru. Akhirnya kami putuskan sisa beras yang ada diberikan ke Dede sedangkan kami bertiga dapat makan mie dan roti yang masih banyak tersedia. Memang benar orang Indonesia kalau sudah bicara beras tidak bisa diajak kompromi lagi. Kesimpulannya yaitu beras mengambil peran yang sangat krusial ketika naik gunung. Permasalahan selesai kami pun langsung tertidur pulas di ketinggian sekitar 2400 mdpl ditemani senyuman alam ini.
Minggu, 3 Nopember 2013
05.00 : Terbangun dari tidur, langsung kami tunaikan Shalat Subuh dengan keadaan seadanya. Pemandangan di pagi hari ternyata lebih menakjubkan. Melihat sinar matahari berada di tengah 2 bukit, sungguh syahdu. Subhanallah, benar-benar indah negeri ini. Terimakasih Ya Allah telah Engkau ciptakan semua ini. Berkali-kali tergagum melihat keindahan ciptaan-Nya.
Minggu, 3 Nopember 2013
05.00 : Terbangun dari tidur, langsung kami tunaikan Shalat Subuh dengan keadaan seadanya. Pemandangan di pagi hari ternyata lebih menakjubkan. Melihat sinar matahari berada di tengah 2 bukit, sungguh syahdu. Subhanallah, benar-benar indah negeri ini. Terimakasih Ya Allah telah Engkau ciptakan semua ini. Berkali-kali tergagum melihat keindahan ciptaan-Nya.
09.00 : Kami kemasi perlengkapan dan perbelakan. Kami lanjutkan perjalanan menuju Kalimati. Tapi sebelumnya kami harus melewati tanjakan cinta. Mungkin memang benar cinta itu butuh pengorbanan karena untuk melewati tanjakan tersebut kami juga butuh pengorbanan lebih. Bisa dibilang ini sebenarnya tanjakan penyiksaan karena kemiringannya yang sangat curam.
12.45 : Setelah sebelumnya beristirahat berulang kali dan melewati padang savana yang cukup luas, akhirnya kami sampai di Kalimati. Gerbang utama menuju puncak. Disini kami dapat melihat pucak Mahameru secara jelas. Kami sudah dekat dengan puncak. Puncak berpasir yang sungguh timggi. Kami dirikan tenda kembali dan memasak berbagai olahan yang masih ada. Kami tunaikan kewajiban Shalat Dhuhur berjamaah dan kembali tidur menyiapkan energi untuk nanti malam. Meskipun harus berjubel di dalam tenda tapi ya inilah yang menjadi penghangat bagi kami. Kebersamaan.
22.30 : Kami terbangun dan mulai persiapan menuju puncak. Ketika terbangun dari tidurnya, Dede merasakan sesak nafas tapi kami tetap menyemangatinya. Untuk mencapai puncak semua barang bawaan di tinggal ditenda karena tidak memungkinkan apabila membawa tas carier. Kami hanya membawa 2 tas ransel yang isinya bekal untuk diatas nanti. Udara malam di Kalimati ini dinginnya sungguh menyakitkan, sampai ke tulang membuat tubuh kami terpaksa bekerja lebih keras dari biasanya. Kami pakai 2 jaket dan penutup kepala untuk mengatasi hal tersebut. Kami mulai dengan doa dan saling menyemangati satu sama lain. Pendaki lain juga telah menyiapkan segala perlengkapannya dan kami pun berangkat bersama-sama. “Puncak Mahameru sebentar lagi kami datang, sabar tunggu saja” batinku dengan penuh keyakinan.
23.00 : Bismillah, dengan diiringi doa, kami langkahkan jiwa dan raga ini untuk satu tujuan yaitu Puncak Mahameru. “Sebentar lagi kita dapat meraih puncak kawan, kuatkan tekad” Kataku menyemangati diri. Meskipun dingin yang semakin mencekam namun tak akan menjadi halangan bagi kami. Perjalanan kami mulai.
Senin, 4 Nopember 2013
01.45 : Setelah sempat beristirahat berulang kali, kami sampai di Arcopodo, persinggahan terakhir menuju puncak. Trek menuju puncak memang menyiksa, menanjak sepanjang jalan, berbeda dari sebelumnya yang relatif datar. Ya ini tantangan seorang pendaki, meskipun pendaki amatir sekelas kami. Udara pegunungan yang berhembus bagaikan pesawat jet membuat tubuh ini menggigil, susah bernafas, namun kami masih bisa menahannya. Dirasa istirahat cukup, kami lanjutkan perjalanan mimpi kami.
02.45 : Disinilah kami benar-benar mendaki, lautan berpasir Mahameru. Sejauh mata memandang semuanya hanya pasir. Tidak ada pegangan, curam, penuh debu dan harus merangkak. Disini kami sudah dapat melihat keindahan kota yang berwarna-warni memncarkan lampu rumahnya. Namun disini kami juga merasakan udara yang tidak hanya menyakitkan tapi mematikan. Udara yang membuat tubuh ini sulit diajak berkompromi lagi untuk melangkah. Kami tetap memaksa, melawan batas ketidakmampuan kami. Semuanya harus dipaksa, Puncak sudah di depan mata.
03.15 : Sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Dede tergeletak, mengerang kesakitan. Kedinginan, tidak bisa bergerak dan sesak nafas. Mungkin isyarat di Kalimati tadi menjadi pertanda buruk bagi kami. Di tengah hembusan udara malam yang sangat kencang, kami malah berhenti. Membuat tubuh ini semakin menggigil. Namun Dede sudah tidak berdaya. Kami kehilangan akal sehat. “De, kalau sudah tidak kuat turun saja” kata Aldi dengan pasrah. “Iya de, Sudah turun saja dari pada nanti ada apa-apa” sahut fikar. Dede tidak merespon apa-apa. Aku pun hanya bisa terdiam sambil melihat kearah puncak. Memang dari 3 gunung yang sebelumnya pernah kudaki, semuanya berhasil sampai di puncak. “Apakah akan kubiarkan semua berhenti disini saja? sudah 2 hari perjalanan, sebentar lagi puncak, sebentar lagi” pikirku dengan penuh ketidakpercayaan. “De, istirahat dulu saja. Sebentar lagi puncak de” Teriakku menyemangati Dede. Setelah dicoba berulang kali, berdiri, berjalan sebentar namun tergeletak kembali. Kami memeluknya, menyatukan tekad dan memutuskan kembali turun melihat keadaan Dede yang semakin parah. Keputusan yang sangat berat. Dengan wajah tertunduk lesu kami turuni jalanan yang sebelumnya kami daki. Langkah demi langkah kami ratapi dengan penuh ketidakpercayaan.
04.30 : Kembali sampai di Kalimati dengan tenaga yang mulai habis dan hati yang masih terguncang. Dede langsung merebahkan tubuhnya di dalam tenda. Sepertinya dia ingin cepat kembali pulang, tidur dengan selimut tebalnya yang biasanya menemani malamnya. Mahameru memberikan pelajaran, alam menunjukkan kuasanya dan Allah telah menentukan jalan yang terbaik bagi kami. Ku sadari ternyata kebersamaan itu jauh lebih indah dari pada hanya sekedar berdiri di puncak tertinggi Jawa. Hati ini menjadi sedikit tenang.
09.00 : Kami kemasi semua perlengkapan untuk kembali pulang. Tapi sebelumnya kami beri salam perpisahan buat Mahameru. “Hari ini kami kalah, tapi suatu saat nanti aku akan kembali, dan akan menaklukanmu, Mahameru” Batinku sambil melihat puncak. Kami berfoto bukti indahnya kebersamaan ini. Senyum terkembang di bibir kami semua. Selamat tinggal Mahameru, tunggu kami suatu saat nanti. Aku cinta tanah ini, aku cinta Indonesia. Kami langkahkan kaki menuju jalan pulang.
22.30 : Kami terbangun dan mulai persiapan menuju puncak. Ketika terbangun dari tidurnya, Dede merasakan sesak nafas tapi kami tetap menyemangatinya. Untuk mencapai puncak semua barang bawaan di tinggal ditenda karena tidak memungkinkan apabila membawa tas carier. Kami hanya membawa 2 tas ransel yang isinya bekal untuk diatas nanti. Udara malam di Kalimati ini dinginnya sungguh menyakitkan, sampai ke tulang membuat tubuh kami terpaksa bekerja lebih keras dari biasanya. Kami pakai 2 jaket dan penutup kepala untuk mengatasi hal tersebut. Kami mulai dengan doa dan saling menyemangati satu sama lain. Pendaki lain juga telah menyiapkan segala perlengkapannya dan kami pun berangkat bersama-sama. “Puncak Mahameru sebentar lagi kami datang, sabar tunggu saja” batinku dengan penuh keyakinan.
23.00 : Bismillah, dengan diiringi doa, kami langkahkan jiwa dan raga ini untuk satu tujuan yaitu Puncak Mahameru. “Sebentar lagi kita dapat meraih puncak kawan, kuatkan tekad” Kataku menyemangati diri. Meskipun dingin yang semakin mencekam namun tak akan menjadi halangan bagi kami. Perjalanan kami mulai.
Senin, 4 Nopember 2013
01.45 : Setelah sempat beristirahat berulang kali, kami sampai di Arcopodo, persinggahan terakhir menuju puncak. Trek menuju puncak memang menyiksa, menanjak sepanjang jalan, berbeda dari sebelumnya yang relatif datar. Ya ini tantangan seorang pendaki, meskipun pendaki amatir sekelas kami. Udara pegunungan yang berhembus bagaikan pesawat jet membuat tubuh ini menggigil, susah bernafas, namun kami masih bisa menahannya. Dirasa istirahat cukup, kami lanjutkan perjalanan mimpi kami.
02.45 : Disinilah kami benar-benar mendaki, lautan berpasir Mahameru. Sejauh mata memandang semuanya hanya pasir. Tidak ada pegangan, curam, penuh debu dan harus merangkak. Disini kami sudah dapat melihat keindahan kota yang berwarna-warni memncarkan lampu rumahnya. Namun disini kami juga merasakan udara yang tidak hanya menyakitkan tapi mematikan. Udara yang membuat tubuh ini sulit diajak berkompromi lagi untuk melangkah. Kami tetap memaksa, melawan batas ketidakmampuan kami. Semuanya harus dipaksa, Puncak sudah di depan mata.
03.15 : Sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Dede tergeletak, mengerang kesakitan. Kedinginan, tidak bisa bergerak dan sesak nafas. Mungkin isyarat di Kalimati tadi menjadi pertanda buruk bagi kami. Di tengah hembusan udara malam yang sangat kencang, kami malah berhenti. Membuat tubuh ini semakin menggigil. Namun Dede sudah tidak berdaya. Kami kehilangan akal sehat. “De, kalau sudah tidak kuat turun saja” kata Aldi dengan pasrah. “Iya de, Sudah turun saja dari pada nanti ada apa-apa” sahut fikar. Dede tidak merespon apa-apa. Aku pun hanya bisa terdiam sambil melihat kearah puncak. Memang dari 3 gunung yang sebelumnya pernah kudaki, semuanya berhasil sampai di puncak. “Apakah akan kubiarkan semua berhenti disini saja? sudah 2 hari perjalanan, sebentar lagi puncak, sebentar lagi” pikirku dengan penuh ketidakpercayaan. “De, istirahat dulu saja. Sebentar lagi puncak de” Teriakku menyemangati Dede. Setelah dicoba berulang kali, berdiri, berjalan sebentar namun tergeletak kembali. Kami memeluknya, menyatukan tekad dan memutuskan kembali turun melihat keadaan Dede yang semakin parah. Keputusan yang sangat berat. Dengan wajah tertunduk lesu kami turuni jalanan yang sebelumnya kami daki. Langkah demi langkah kami ratapi dengan penuh ketidakpercayaan.
04.30 : Kembali sampai di Kalimati dengan tenaga yang mulai habis dan hati yang masih terguncang. Dede langsung merebahkan tubuhnya di dalam tenda. Sepertinya dia ingin cepat kembali pulang, tidur dengan selimut tebalnya yang biasanya menemani malamnya. Mahameru memberikan pelajaran, alam menunjukkan kuasanya dan Allah telah menentukan jalan yang terbaik bagi kami. Ku sadari ternyata kebersamaan itu jauh lebih indah dari pada hanya sekedar berdiri di puncak tertinggi Jawa. Hati ini menjadi sedikit tenang.
09.00 : Kami kemasi semua perlengkapan untuk kembali pulang. Tapi sebelumnya kami beri salam perpisahan buat Mahameru. “Hari ini kami kalah, tapi suatu saat nanti aku akan kembali, dan akan menaklukanmu, Mahameru” Batinku sambil melihat puncak. Kami berfoto bukti indahnya kebersamaan ini. Senyum terkembang di bibir kami semua. Selamat tinggal Mahameru, tunggu kami suatu saat nanti. Aku cinta tanah ini, aku cinta Indonesia. Kami langkahkan kaki menuju jalan pulang.
12.30 : Kembali sampai di Ranukumbolo. Keindahannya memang tidak pernah ada habisnya. Istirahat sejenak membersihkan diri sembari memakan bekal yang masih tersisa. Setelah dirasa cukup kami lanjutkan perjalanan. Selamat tinggal RanuKumbolo, suatu saat nanti kami akan kembali.
16.00 : Alhamdulillah tiba di pos pendakian pertama, Ranupani. Kaki, tangan dan seluruh badan terasa pegal semua ditambah dengan guyuran hujan yang menambah berat beban ini. Kami langsungkan Sholat Ashar dan langsung memustuskan untuk pulang pada hari itu juga. Terimaksih Mahameru telah memberikan mimpi indah ini, akan ku ingat selalu di dalam hati ini. Sampai Jumpa Mahameru.
17.00 : Kami geber motor yang mulai minta dipanaskan menerjang jalanan Malang-Surabaya yang berkilauan. Mimpi yang Indah.
21.00 : Sampai dirumah masing-masing dengan selamat. Selamat menikmati efek pasca mendaki kawan. Selamat malam kawanku.
Kebersamaan. Itulah pelajaran yang ku dapat dari Mahameru, pelajaran langsung dari alam. Satu kata yang meruntuhkan segala ego kami. Jika anda bersahabat maka bersiaplah berkorban. Berbahagialah kalian yang masih bisa berkumpul dengan orang tercinta. Sampai jumpa Mahameru, Terimakasih Fikar, Aldi, dan khususnya Dede atas mimpinya kawan.
~Ghoffar A.M.~
16.00 : Alhamdulillah tiba di pos pendakian pertama, Ranupani. Kaki, tangan dan seluruh badan terasa pegal semua ditambah dengan guyuran hujan yang menambah berat beban ini. Kami langsungkan Sholat Ashar dan langsung memustuskan untuk pulang pada hari itu juga. Terimaksih Mahameru telah memberikan mimpi indah ini, akan ku ingat selalu di dalam hati ini. Sampai Jumpa Mahameru.
17.00 : Kami geber motor yang mulai minta dipanaskan menerjang jalanan Malang-Surabaya yang berkilauan. Mimpi yang Indah.
21.00 : Sampai dirumah masing-masing dengan selamat. Selamat menikmati efek pasca mendaki kawan. Selamat malam kawanku.
Kebersamaan. Itulah pelajaran yang ku dapat dari Mahameru, pelajaran langsung dari alam. Satu kata yang meruntuhkan segala ego kami. Jika anda bersahabat maka bersiaplah berkorban. Berbahagialah kalian yang masih bisa berkumpul dengan orang tercinta. Sampai jumpa Mahameru, Terimakasih Fikar, Aldi, dan khususnya Dede atas mimpinya kawan.
~Ghoffar A.M.~